INDONESIA BELUM MERDEKA
oleh: Khalis Asyifani (D0317040)
oleh: Khalis Asyifani (D0317040)
Proklamasi
73 tahun yang lalu nyatanya masih terpeta jelas dimata para veteran Indonesia.
Beliau-beliau yang pada jamannya turut berjuang untuk perang, hingga saat ini
masih tampak bersemangat untuk menceritakan kegagahannya di masa lalu. Beberapa
masih terlihat bugar diusianya yang kian senja, bercerita pada cucu-cucunya
betapa perjuangan bukan sekedar untuk sekolah, bukan hanya untuk beli baju,
bukan hanya untuk makan. Namun perjuangan untuk hidup, kehidupan bangsa
Indonesia.
Tahun
ini Bangsa Indonesia telah merdeka selama 73 tahun. Bukan waktu yang pendek
bagi sebuah bangsa besar untuk membangun sebuah Negara yang mandiri dan
diperhitungkan oleh bangsa bangsa lain di dunia. Jangan hanya diperhitungkan
oleh bangsa-bangsa lain karena kita punya sumber daya alam yang besar, upah
buruh yang relatif murah dan menjadi salah satu Negara terkorup di dunia
sehingga mudah untuk diakali dengan uang lebih atau sogokan atau pungli. Bangsa
lain senang berinvestasi di Indonesia meski penuh risiko karena marketnya besar
dan pejabatnya sangat ramah dan mau untuk diajak korupsi. Pejabatnya tidak
peduli ulah mereka, meski sangat merugikan bangsa ini. Yang penting pejabat tersebut
dan tujuh turunannya kaya raya. Bagi investor tidak masalah karena semua
biaya akan dimasukkan dalam perhitungan harga jual barang/jasa yang harus
dibayar oleh konsumen.
Kondisi di atas belum berubah hingga
hari ini. Masih saja para pemegang kekuasaan membual tentang pemerintahan yang
bersih. Situasi macam ini yang membuat rakyat senantiasa menyerukan bahwa
kemerdekaan Indonesia belum sepenuhnya. Keadaan sumber daya manusia yang tidak
dapat dibanggakan justru menjadi perhatian bangsa, yang kemudian menjadi tolak
ukur untuk anak-anak. Akhirnya, anak-anak merasa hal-hal seperti berbuat
curang, datang terlambat, malas-malasan, dan tidak disiplin merupakan perbuatan
yang wajar. Lagi-lagi penyalahgunaan kemerdekaan oleh masyarakat Indonesia
sendiri.
Krisis moral yang saat ini melanda
Indonesia harusnya menjadi perhatian sejak awal. Terutama pendidikan moral anak
bangsa yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Tidak hanya menjadi PR bagi
pemerintah saja namun juga bagi orang tua yang bertanggung jawab atas
anak-anaknya. Sebagai tempat belajar pertama dan utama harusnya keluarga dapat
memberikan pengaruh positif untuk menumbuhkan karakter anak, bukan malah asal
anak diam maka dibiarkan bermain gadget saja. Peran orang tua menjadi inti
solusi untuk mengurangi kenakalan remaja, pengawasan ketat perlu diterapkan
dalam keluarga namun hal tersebut hanya untuk pengawasan, jangan untuk
mengekang kebebasan anak untuk berkumpul dengan kawan sebayanya, luangkan waktu
anda untuk berkumpul dengan keluarga, jika seorang anak mempunyai masalah,
orang tua wajib mengetahui dan membantu permasalahannya jangan selalu
menyibukkan dengan pekerjaan.
Semua elemen masyarakat harusnya
dapat mendorong dan mendukung adanya pendidikan moral dan karakter anak untuk
kebaikan bangsa Indonesia kedepannya. Hal-hal seperti menanamkan pendidikan karakter sejak dini, pemilihan
teman bergaul dan lingkungan yang tepat, mampu memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan baik, memperluas wawasan dan pengetahuan dalam
ranah ilmu penegetahuan dan kehidupan sosial, dan yang utama adalah meningkatkan
keimanan dan ketakwaan dalam diri.
Kemerdekaan
Indonesia tentunya tidak boleh terhenti pada 73 tahun saja, namun akan menjadi
74 dan seterusnya, oleh karena itu rakyat Indonesia harus turut membangun
kemerdekaan seutuhnya. Sebelum memantaskan diri untuk kesejahteraan pangan, air
bersih, dan sumber daya lainnya, rakyat Indonesia harus memiliki moral yang
baik dan karakter yang kuat, sumber daya manusia yang loyal sangat penting agar
bangsa ini tidak lagi dijajah dan dikuasai oleh negara-negara dengan persatuan
kuat diluar sana. Alangkah bahagianya para pejuang kemerdekaan apabila bangsa yang
dahulu mereka perjuangkan kemudian menjadi semakin baik dan menjadi bangsa yang
kuat.
Komentar
Posting Komentar